BANDUNG, SENIN – Kejadian meninggalnya penonton konser grup band underground Beside di Gedung Asia Afrika Cultural Center, Kota Bandung, Sabtu (9/2) membuat kepercayaan publik terhadap jabar menurun. Tetapi kejadian tersebut juga menyadarkan pemerintah perlunya dibangun gedung pertunjukan yang memadai di pusat pertumbuhan musik underground Indonesia tersebut.
”Kemarin saya ditelepon oleh Penyelenggara Kegiatan. Pihak tersebut menyatakan akan membatalkan kegiatannya di Kota Bandung dan memindahkan ke kota lain. Padahal kegiatannya akan diselenggarakan pada Juli mendatang. Mereka khawatir kejadian di AACC akan terjadi lagi,” ujar Ijudin Budhyana, di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Kota Bandung, Senin (11/2).
Menurut Budhyana, tragedi meninggalnya penonton konser Beside di Bandung dan penonton sepak bola di Jakarta dalam waktu berdekatan menurunkan kepercayaan masyarakat asing terhadap keamanan di Indonesia. Pertandingan final sepak bola dipindahkan ke stadion Jalak Harupat di Kabupaten Bandung dan tidak diperkenankan ditonton.
”Wajar kalau masyarakat asing tidak percaya. Pertandingan tanpa penonton memperlihatkan untuk mengamankan penonton sepak bola saja kita belum sanggup,” kata Budhyana.
Butuh Gedung
Selain menurunnya kepercayaann, tragedi AACC membuka mata pemerintah bahwa apresiasi anak muda di Bandung dan sekitarnya terhadap seni kontemporer sangat tinggi. Untuk itu dibutuhkan gedung pertunjukan yang layak. Sayangnya hingga saat ini Jabar belum memiliki gedung pertunjukan yang baik bahkan yang memenuhi standar minimal pun belum ada.
Semua gedung pertunjukan di Jabar masih belum memadai sebagai gedung kesenian baik dari segi kapasitas maupun fasilitas. ”Idealnya gedung pertunjukan dibangun di atas lahan seluas lima hektar sehingga cukup untuk parkir dan sarana lainnya, serta fasilitasnya mulai dari sound system, peredam suara, tempat duduk, dan panggung sudah tersedia dengan baik sehingga pemusik tinggal bawa alat musik saja,” kata Budhyana.
Pada tahun 2000 pembangunan gedung pertunjukan pernah diusulkan oleh DPRD Jabar tapi tidak jadi karena yang diprioritaskan adalah pembangunan di bidang kesehatan dan pendidikan.
Aturan untuk EO
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kota Bandung Askari Wirantaatmadja, Event Organizer (EO) Beside tidak meminta izin untuk menyelenggarakan pertunjukan seperti yang diperintahkan dalam Peraturan Daerah no 10 dan 11 tahun 2004. ”Mereka hanya meminta izin keramaian ke Kepolisian Sektor Sumur Bandung, akibatnya kejadian buruk tak dapat diantisipasi dengan maksimal,” kata Askari.
Dengan adanya izin, pemerintah akan ikut memeriksa siapa segmen yang disasar, bagaimana perilakunya, apakah kapasistas gedungnya memadai untuk acara tersebut, dan jumlah petugas keamanannya.
”Karena kejadian tersebut Minggu (10/2) Wali Kota Bandung segera memerintahkan agar kami menyusun Peraturan Wali Kota tentang pengaturan EO. Mereka harus terdaftar dan memberikan keterangan tentang keahliannya serta meminta izin penyelenggaraan pertunjukan. Jika tidak, pertunjukan bisa dihentikan,” kata Askari.
Dampak lainnya, pada acara yang melibatkan jumlah massa banyak, jumlah petugas keamanan harus lebih banyak. Menurut Askari pihak kepolisian sudah memberi masukan agar EO memberi dana keamanan lebih besar untuk pengadaan petugas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar